Beauty Day

Author           :           Zahputri

Title                :           Beauty Day

Cast                :           Byun Baek Hyun

Kim Na Rin

Length           :

Categories    :           Comedy, half Romance/?

Note               :           Read it. mwah. ini hasil pekerjaan aku. kritik? mohon ditulis, biar aku tahu gimana introspeksi diri hwhwhw

Enjoy!

***START***

 

“Cinta itu bukan dipandang dari bagaimana kamu mencintai dia atau apa yang kamu cintai dari sisi baiknya saja. Tapi cinta itu dipandang dari setulus apa kamu menerima kekurangannya. Bukan begitu?”

 Image

Beauty Day

 

KRING.. KRING..

Suara nyaring menggema disetiap sudut ruangan apartement seorang lelaki yang masih terlelap diranjang berwarna putih bersihnya, tentu saja dengan lelap.

KRING.. KRING..

Bunyi panggilan masuk dari ponselnya untuk yang kesekian kali di pagi hari ini. Sungguh, mungkin orang lain bisa saja langsung bangun dan mengangkat telepon itu dengan buru-buru. Namun, tidak dengan namja ini. Ia malah asyik bergelut dengan selimutnya. Meski sebenarnya ia mendengar suara tersebut.

KRING.. KRING..

Kali ini berhasil. Ia melompat dari ranjangnya dengan wajah panik menggemaskan. Ia baru sadar, hawa pagi ini akan berubah menjadi hawa neraka secepat kilat akibat ia terlalu bodoh berpura-pura tak mendengarkan bunyi telepon  masuk.

“Yeobose–“

“HARUS BERAPA KALI AKU MENELEPON PONSELMU HANYA UNTUK MEMBANGUNKAN DAN MENGINGATKANMU UNTUK MENJEMPUTKU DI KAMPUS PAGI INI, BYUN BAEK HYUN??!” teriak suara dari seberang getas.

Byun Baek Hyun, namja yang belum sepenuhnya sadar dari tidurnya langsung tersentak. Ia meringis meski ia tahu yeoja diseberang sana tak melihatnya.

Mianhae, Na Rin. Aku masih terti–“

“Apa? Kau mau mengelak dengan mengatakan ‘aku masih tidur, semalaman aku lembur’. Cih! Kau kira aku percaya, hah? Sudah berkali-kali kau bilang kau lembur, nyatanya kau malah menghabiskan sepanjang malam hanya untuk bermain game atau menonton pertandingan bola bersama Chan Yeol atau Su Ho oppa. Lalu pernah, kau bilang kau kelupaan menyetel alarm padahal hari itu aku akan mengadakan ujian tengah semester dan kau berjanji akan mengantarkanku. Dasar Baek Hyun jelek!” cerocos Na Rin tanpa jeda, apalagi membiarkan Baek Hyun menyela perkataannya.

“Memangnya, hari ini kau mau kemana?” tanya Baek Hyun polos. Sedetik kemudian ia baru sadar ucapannya membawa malapetaka baginya.

Glup, celaka.

“BYUN BAEK HYUN!!! KAU LUPA HARI INI KITA AKAN BERKENCAN, HAH?!”

***

Mianhae, Na Rin-a. Jangan marah padaku lagi, dong. Aku kan sudah menjemputmu sebisaku. Tadi juga jalanan sedang lancar. Jadi, aku termasuk cepat datang kemari, kan?” bujuk Baek Hyun sambil menyetir mobilnya.

Disamping namja itu, duduklah seorang yeoja yang tengah melancarkan aksi ngambek. Itu juga akibat tiga kesalahan yang dilakukan sang kekasih pagi hari ini.

Satu. Ia bangun kesiangan.

Dua. Ia tidak mengangkat telepon masuk berkali-kali.

Tiga. Ia lupa akan kencan hari ini.

Na Rin mendengus kasar. Ia sebal kalau Baek Hyun sudah seperti sekarang ini. Minta maaf akan kesalahan yang sama. Setelah dimaafkan, ia akan berbuat kesalahan itu lagi. Sudah genap 3 tahun mereka bersama. Dan sungguh Na Rin ingin Baek Hyun setidaknya berubah sedikit dari kebiasaan buruknya. Nyatanya tidak bergeming sama sekali. Bagaimana Na Rin tidak kesal setengah mati?

“Ayolah. Kau mau marah padaku, sementara hari ini kita tengah kencan?”

“Siapa yang membuatku kesal di pagi hari?” tanya Na Rin melirik Baek Hyun tajam.

Baek Hyun nyengir, ia mengusap-usap tengkuknya. “Aku.”

“Siapa  yang ingkar janji akan menjemputku sebelum pukul 8?”

“Eum.., aku.”

“Siapa yang bangun kesiangan pagi ini, menyebabkan kita harus berangkat kencan jam 10 pagi?”

“Itu.. aku.”

“Siapa yang tidak mengangkat telepon masuk berkali-kali sampai membuatku kesal setengah mati?”

“Oh, ayolah, bukankah aku sudah minta maaf?” sela Baek Hyun pasrah. Ia tahu, yeojachingu-nya ini memang sulit sekali untuk dibujuk-bujuk.

“ Siapa laki-laki bodoh yang selalu minta maaf pada kekasihnya, namun selalu melakukan kesalahan yang sama berulang kali?” tanya Na Rin.

Final. Baek Hyun hanya bisa bersungut-sungut. Pasti, Na Rin selalu memenangkan perdebatan mereka hingga Baek Hyun hanya bisa diam. Ya, ya. Ia akui ini memang kesalahannya. Tapi, ia juga tak bermaksud seperti itu. Pikirnya.

“Jadi aku harus apa?” keluh Baek Hyun. Matanya beralih sekilas pada Na Rin –yang masih terus menatap tajam Baekhyun–

“Cukup diam dan menyetirlah dengan benar. Aku tak mau mati muda, Byun Baek Hyun.”

Bibir Baek Hyun memberengut, pipinya ia gembungkan sebagai tanda protes. Namun, lagi-lagi ia memilih diam. Daripada kena sembur? Wanita memang sulit dimengerti.

***

“Haruskah aku menemanimu belanja sampai selama ini? Kakiku pegal.” protes Baek Hyun.

Di tangan kanannya ada dua kantung plastik besar berisi makanan-makanan ringan, di tangan kirinya ada tiga kantung plastik berisi pakaian-pakaian Na Rin. Sementara itu, di bahu kanan Baek Hyun diselempangkan tas pribadi Na Rin. Sungguh lucu. Belum lagi kini Na Rin memasuki butik yang menjual berbagai jenis dress dan gaun malam.

Matilah aku, tambah berat saja bawaan ini, keluh Baek Hyun dalam hati.

“Kau diamlah. Itu sebagai hukuman dariku, karena terlalu sering membuatku kesal.” jawab Na Rin sambil memilah-milah dress cantik. Ia tersenyum kemenangan saat melihat kekasihnya tampak kerepotan membawa seluruh barang bawaannya. Sebenarnya ia kasihan, tapi jiwa isengnya muncul begitu saja.

Baek Hyun berdiri di belakang Na Rin yang mematut dirinya di kaca.

“Hey, bagus tidak?”

Baek Hyun menoleh. Ia mengangguk-angguk lemas. Belanjaan sialan ini sungguh membuatnya pegal-pegal dan sulit bernafas.

“Baiklah, kalau begitu aku beli ini dan ini.” Na Rin menunjuk dua dress berbeda motif yang imut. Cocok untuk kulitnya yang putih bersih dan tubuhnya yang mungil. Apalagi dress itu warnanya merah muda dengan hiasan pita, yang satu lagi berwarna hijau lumut berhiaskan manik-manik kecil.

Baek Hyun melotot. Jangan lagi, Tuhan, desisnya.

“Nah, bawakan yang ini juga ya Baek Hyun-ku tersayang.” ucap Na Rin tersenyum, ia menaruh asal barang belanjaannya. Dan terpaksa Baek Hyun harus membawanya barang tambahan –dengan kerepotan pastinya–, ia mengekori Na Rin yang sudah terlebih dulu jalan ke kasir. Baek Hyun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Hah~! Inikah namanya kencan?

***

“Kau mau es krim, Baek Hyun-ie?” tawar Na Rin ketika mereka melewati kedai es krim. Baek Hyun hanya menjawab dengan anggukan kecil.  Ia menjatuhkan dirinya di jok mobil. Punggungnya hampir saja lepas dari tempatnya saking ia terlalu lama berdiri sambil menggotong-gotong barang belanjaan kekasihnya.

Baek Hyun memejamkan mata sejenak, mengatur nafasnya yang masih tersengal. Ketika itu pula ia merasa sesuatu yang dingin menyentuh pipinya.

“Ini. Es krim rasa cokelat. Tadi yang rasa strawberry habis.” jelas Na Rin memberikan es krim itu pada Baek Hyun. Ia hanya mengangguk-angguk saja sebagai respon.

“Kau lelah, Baek Hyun-ie?”

“Tentu saja. Kau tahu? Belanjaanmu itu seperti truk, banyak! Lagipula apa kau tak lelah berbelanja dari siang sampai sore, huh?” keluh Baek Hyun seraya membuka plastik es krimnya.

“Hmm. Tapi aku puas, setidaknya aku tidak pegal.” ucap Na Rin polos.

Baek Hyun mendelik, ia mengurut dada dengan sabar. Ia tahu sebenarnya Na Rin hanya menghukum dirinya. Meski kesal, Baek Hyun tetap tak bisa marah. Karena memang selain Na Rin adalah yeojachingu-nya, juga karena Na Rin tipikal gadis yang cuek dan santai. Jadi, amarah di ubun-ubun pun reda sekejap bila melihat wajah polos Na Rin.

“Na Rin-a.” panggil Baek Hyun pelan.

“Apa?”

“Bisakah kau memanggilku dengan sebutan ‘chagi’, ‘yeobo’ atau paling tidak ‘oppa’. Kenapa kau selalu memanggil ‘Baek Hyun-ie’?”

“Lebih bagus Baek Hyun-ie ketimbang panggilan-panggilan menjijikan itu.” cibir Na Rin terus menghabiskan es krimnya.

Baek Hyun menghela nafas. Ini lagi jawaban yang ia dapat.

“Na Rin-a…”

“Ap–“

Chu~

Na Rin menoleh, kemudian ia terkejut. Tubuhnya membeku, seperti tersambar listrik. Bibirnya dan bibir Baek Hyun bertemu. Wajah mereka hanya berjarak beberapa mili, otomatis Na Rin bisa merasakan hembusan nafas Baek Hyun tepat didepan wajahnya. Matanya mengerjap-ngerjap, sementara Baek Hyun tersenyum dalam hati. Perlahan, Baek Hyun menjilat dari ujung bibir Na Rin ke ujung bibir lainnya. Ia mengecup sekilas bibir ranum Na Rin, lalu menjauhkan kontak.

“Ada sisa es krim tadi.” ucap Baek Hyun mengacak-acak rambut Na Rin yang masih terdiam. Sontak Na Rin menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia amat malu dengan ‘serangan’ tiba-tiba Baek Hyun barusan.

“Kau lucu juga, kalau malu.”

Dug.

“Adaw!” Baek Hyun meringis kesakitan. Tak lama terdengar cekikikan Na Rin.

“Rasain. Baru kutonjok perutnya saja sudah merintih. Bagaimana kalau kau kubanting?” ejek Na Rin.

“Ya! Kau harusnya bersikap romantis sedikit padaku, aku ini kekasihmu bukan bantal tinjumu! Kenapa juga aku punya kekasih sepertimu, kasar.” Baek Hyun melirik tajam kekasihnya yang tertawa terpingkal-pingkal.

“Tidak akan pernah! Kau tahu sendiri, kan, pacarmu ini tidak bisa romantis? Kalau kau tidak mencintaiku, mana mungkin kau mau bertahan 3 tahun menghadapi gadis seperti aku.” ucap Na Rin dengan percaya diri.

Sementara Baek Hyun tersenyum licik, ia memiliki rencana balas dendam rupanya.

“Siapa bilang aku mencintaimu? Aku kan tak pernah bilang,” ucap Baek Hyun serius. “lagipula kalau aku mau aku bisa saja memutuskanmu.”

Tawa keras Na Rin terhenti. Ia menatap Baek Hyun lekat, mencoba mencari keseriusan dalam mata elang Baek Hyun.

“Baek Hyun-ie…”

“Apa? Aku serius, kan? Lagipula aku memang tak pernah mengatakan aku mencintaimu. Ketika kita jadian saja, aku hanya memintamu jadi pacarku. Iya kan?”

Skak mat.

Dalam hati Baek Hyun berteriak girang berhasil mengerjai sang kekasih. Coba saja lihat, kini Na Rin menunduk lesu dengan mata yang benar-benar sedih. Bungkus es krim yang ia makan tadi, dijadikan pelampiasannya. Ia merobek-robek kecil bungkusan tersebut. Itulah kebiasaan Na Rin yang Baek Hyun tahu. Ketika ia berpikiran kosong, Na Rin pasti akan merobek-robek kecil apapun benda yang ia pegang.

“Jadi…, selama ini aku saja yang terlalu pede ya.” lirih Na Rin.

Baek Hyun tambah senang saja, tetapi ia menahan tawanya. Ia memasang wajah datar lagi.

“Iya, memang. Kau kan selalu begitu.”

Na Rin tambah lemas. Bibirnya mengerucut, membuat Baek Hyun semakin gemas saja. Sejujurnya ia tak tega, tapi biarlah sekali-sekali mengerjai kekasihnya ini.

“Kalau… memang oppa tak mencintaiku, lebih baik kita pu–“

“HAHAHAHA.”

Na Rin mendongak kaget mendengar tawa keras Baek Hyun. Otaknya masih loading, sebelum akhirnya ia sadar ia telah dibodohi oleh seorang Bacon.

“YA!!!!”

“Hahaha. Kau harus lihat wajah lesumu tadi, Rin-a! Halah, kau ini bodoh atau apa? Mana mungkin aku tak mencintaimu, kita ini sudah bersama selama 3 tahun, ingat? Kau terlalu polos. Ah– bukan polos tapi bodoh!” ledek Baek Hyun puas. Ia tertawa terpingkal seperti Na Rin menertawakannya tadi.

Sedangkan Na Rin menatap kekasihnya sebal. Ia menggembungkan pipinya, lalu berbalik badan. Dengan sisa tawanya, Baek Hyun merengkuh tubuh mungil Na Rin ke dalam pelukannya.

“Cinta itu bukan dipandang dari bagaimana kamu mencintai dia atau apa yang kamu cintai dari sisi baiknya saja. Tapi cinta itu dipandang dari setulus apa kamu menerima kekurangannya. Bukan begitu, Kim Na Rin?” bisik Baek Hyun tulus.

Na Rin menengok, ia tersenyum manis. Manis sekali di mata Baek Hyun.

“Ya, dan kau termasuk orang yang bertahan mencintai segala kekuranganku, Byun Baek Hyun.” ucap Na Rin. Entah sihir apa yang ada di setiap lengkungan bibirnya, selalu sukses membawa Baek Hyun terbang.

“Well, tidak ada salahnya kita sering bertengkar. Aku jadi tahu banyak kekuranganmu dan kekuranganku sendiri tentu saja.”

Suasana nyaman tercipta begitu saja. Baek Hyun yang memeluk Na Rin dan Na Rin yang bersandar pada Baek Hyung. Terlihat seperti pasangan yang imut.

“Yaah, begitulah. Kurasa kencan kita kali ini tak begitu gagal. Meski kau merusak mood-ku tadi pagi.” cibir Na Rin ditanggapi cengiran Baek Hyun.

But it still being a beautiful day, Na Rin-a. Jalan-jalan denganmu, meski aku hanya jadi pembantu dadakan. Tapi lebih bagus daripada aku bermain dirumah, hehe. Dan kencan kali ini tidak segagal kencan-kencan kita sebelumnya, kan.”

Na Rin mengangguk menyetujui. Ia menoyor kepala Baek Hyun ketika mendengar ‘bermain dirumah’, ia tahu maksudnya adalah bermain laptop atau PS3.

“Oh, ya. Satu lagi, Na Rin-a. Tadi kau memanggilku, oppa, kan?” smirk itu muncul lagi.

Mwoya?” elak Na Rin. Semburat merah menjalari kedua pipi tembamnya.

“Aku ingin mendengarnya, lagi. Jebal.” pintar Baek Hyun mengeluarkan jurus aegyo-nya.

Shirreo!”

“Ayolah…”

“Tidak! Sekali tidak tetap tidak!”

“Pelit!”

“Biar saja.”

“Na Rin.. Ayolah!”

“TIDAK!”

“HEY, ANAK MUDA! KAU TIDAK MELIHAT RAMBU DI DEPANMU? DISINI DILARANG PARKIR MOBIL!” teriak sebuah suara menggedor kaca mobil Baek Hyun. Orang itu mengenakan seragam polisi lengkap.

Serentak kedua sejoli ini berpandangan. Glek. Mereka baru sadar, mereka salah memarkirkan mobil. Area ini bebas dari parkir mobil dan kendaraan beroda lainnya. Baek Hyun menepuk keningnya.

“Bodoh. Kurasa aku tarik ucapanku, kencan kita gagal lagi.” bisik Na Rin sembari mendengus panjang. Ia melepaskan pelukan Baek Hyun.

Baek Hyun nyengir sekilas tanpa membuka kaca mobil. Sedetik kemudian ia menginjak gas dan memacu mobilnya cepat meninggalkan tempat tersebut, tentu juga meninggalkan si polisi.

“HEY!!! KEMBALI KALIAN!! DASAR ANAK MUDA!!”

What a beauty day, isn’t it?

 

 

—FINISH—

One thought on “Beauty Day

Leave a comment